Jumat, 04 Mei 2012

Embel-embel "Hijau" Hanya Pemanis...



JAKARTA,Properti hijau atau properti ramah lingkungan sudah menjadi tren dan daya tarik di mata konsumen tertentu. Tidak heran, banyak pengembang berlomba-lomba mengklaim proyeknya sebagai properti hijau.

Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI) Naning Adiwoso mengatakan, tren properti hijau mulai terasa di Indonesia dua tahun terakhir ini.

"Dulu orang mencari rumah hanya melihat rumahnya saja, sekarang mulai melihat ada pepohonannya atau tidak," ujar Naning.

GBCI merupakan anggota World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. Sebenarnya, untuk masuk kategori ramah lingkungan, sebuah bangunan tak cukup hanya dengan memiliki taman atau pepohonan. Ada sejumlah kriteria, termasuk desain dan material yang digunakan. Misalnya, tingkat isolasi tepat untuk mengurangi panas yang tidak diinginkan. Ini dilakukan dengan memilih jenis material tepat untuk atap, dinding, pintu, jendela, dan lantai.

Namun, imbuh Naning, desain dan material sendiri hanya berpengaruh 18% terhadap penilaian bangunan hijau. Perilaku penghuninya justru lebih menentukan karena bobotnya 40%.

"Percuma kalau desainnya sudah bagus, tetapi penghuninya menyalakan lampu terus atau membuang sampah berlebihan," ujarnya.

Sayangnya, berdasarkan data GBCI, masih sedikit rumah yang benar-benar menerapkan prinsip bangunan hijau di Indonesia.

"Bisa dihitung dengan jari," ujar Naning.

Alasannya, pengertian bangunan hijau sendiri belum tuntas dan belum semua orang menyadarinya. Padahal, memilih bangunan hijau sebagai tempat tinggal merupakan investasi jangka panjang.

"Dampaknya akan terasa dalam waktu yang lama, seperti kesehatan membaik atau tarif listrik murah," tuturnya.

Membangun bangunan hijau pun belum tentu memakan biaya besar. Orang bisa menggunakan material bekas untuk menekan biaya, sekaligus mengurangi emisi.

Pemanis

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) sekaligus Presiden Direktur broker properti ERA Indonesia Darmadi Darmawangsa mengaku masih sangsi akan perkembangan properti hijau di Indonesia. Dia menilai, jargon "hijau" yang diusung pengembang masih mengambang, untuk jualan semata. Konsumen juga sebenarnya belum sungguh-sungguh menyikapi properti hijau.

"Pengembanglah yang berusaha menciptakan pasar baru," ujarnya.

Ia melihat, tren properti hijau baru marak beberapa tahun belakangan. Menurut dia, properti hijau tidak banyak berpengaruh terhadap investasi di properti karena tak menjadi selling point.

"Kalau ada proyek dengan harga sama, yang satu ada bonus pohon, satu ada bonus tempat parkir,  konsumen tentu akan memilih yang kedua," bebernya.

Embel-embel hijau, menurut Darmadi, hanya jadi pemanis.


SUmber : www.properti.kompas.com/Embel-embel.Hijau.Hanya.Pemanis.

Cari rumah Propertykita ahlinya...!!

Cari rumah dijual yang aman nyaman asri serta siap huni..?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar