(foto: ist.)
Menyoroti hal ini, arsitek senior Munichy B Edrees pun memberikan tanggapannya. Menurut pria yang baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) ini, arsitek harus bisa berinovasi dan berpikir kritis.
"Kita sering berkutat dengan kelatahan green building, tapi tidak ada makna. Green building ini bukan sekadar menanam tanaman, atau membuat lanskap yang luas. Melainkan dapat membuat sebuah desain bangunan yang kembali ke alam (back to nature)," katanya saat berbincang dengan Okezone melalui sambungan telefon, Senin (4/6/2012).
Dia menambahkan, sebenarnya konsep hijau ini penerapannya melalui prinsip back to nature atau kembali ke alam. Dengan memanfaatkan segala unsur yang ada di alam, seperti matahari, angin, air, dan lainnya.
"Yang peling penting adalah bagaimana kita sebagai arsitek mampu memasukkan unsur-unsur tersebut ke ruangan-ruangan dalam desain kita. Sehingga bisa menghemat energi, untuk pencahayaannya memanfaatkan sinar matahari, penghawaan dari AC diganti dengan angin, demikian pula menghemat pemakaian air," paparnya.
Pria yang sudah berpengalaman selama 30 tahun dalam dunia arsitektur ini juga menyebutkan, perlunya kearifan lokal yang tinggi pada arsitek-arsitek Indonesia. Untuk dapat menyesuaikan antara desain arsitektur warisan leluhur dan kondisi modern saat ini.
"Arsitek jangan malas berpikir. Harus terus berinovasi, jangan ikut-ikutan saja dengan arsitektur barat, tanpa mengusasi teori, dasar-dasar dan konteksnya," pungkas Munichy.
Sumber : www.property.okezone.com/hindari-latah-bangunan-hijau
Cari rumah Propertykita ahlinya...!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar