Jumat, 26 Agustus 2011

Penjualan properti Sinarmas capai Rp 2 triliun


Penjualan properti Sinarmas capai Rp 2 triliun

JAKARTA. Penjualan properti masih mendominasi pendapatan dua perusahaan properti milik Sinarmas Grup, yakni PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Duta Pertiwi (DUTI).

Sampai saat ini, marketing sales konsolidasi dua perusahaan ini mencapai Rp 2,2 triliun. Sedangkan recurring income Rp 400 miliar. Sekadar informasi, pendapatan kedua perusahaan ini dikonsolidasikan karena BSDE mengakuisisi DUTI, tahun lalu.

Manajemen BSDE menargetkan, kedua segmen ini bisa mencapai Rp 4 triliun di akhir tahun nanti. Rinciannya, Rp 3,4 triliun untuk marketing sales atau pendapatan pra-penjualan, dan Rp 600 miliar untuk recurring income atau pendapatan berkelanjutan.

Meski sisa tahun ini tinggal empat bulan lagi, manajemen optimistis target itu bisa tercapai. "Masih sesuai target, meski ada perlambatan di kuartal ketiga karena puasa dan Lebaran," kata Andreas Oen Investor Relations Manager BSDE ke KONTAN, Kamis (25/8).

Perumahan DePark memberikan kontribusi paling besar terhadap marketing sales BSDE. Perusahaan telah mengembangkan tiga klaster di kawasan tersebut.

Masing-masing klaster memiliki lahan luas 7 hektare (ha)-10 ha. Sekadar gambaran total luas area perumahan tersebut adalah seluas 65 hektar. Namun tidak semuanya dibangun perumahan. Sebab sekitar 12 ha dijadikan taman.

Di buku DUTI, perumahan Grand Wisata memberikan kontribusi paling besar untuk marketing sales. Saat ini, perusahaan masih memiliki cadangan lahan sekitar 660 ha. Rencananya, DUTI akan mengembangkan 100 ha-150 ha pada tahun ini.

Untuk mengejar target marketing sales properti, BSDE akan meluncurkan klaster baru. Namun manajemen BSDE menolak untuk menyebutkan detil klaster tersebut, termasuk nilai investasinya.

Sementara, manajemen DUTI optimis bisa mencapai target recurring income dari kontrak-kontrak yang sudah ada saat ini.

Pemasukan untuk recurring income didapat dari pegeloaan ITC. Perusahaan juga mendapat sewa dari Carrefour dan perkantoran. "Yang fluktuatif hanya hotel saja," kata Andreas. Saat ini perseroan memiliki hotel Le Grandeur di Jakarta dan Balikpapan.

Sekadar informasi, marketing sales tahun ini baru dibukukan sebagai pendapatan perseroan 12 bulan-18 bulan terhitung sejak penjualan.

Sementara untuk pendapatan tahun ini berasal dari marketing sales tahun 2009 dan 2010. Manajemen menargetkan mencapai pendapatan sebesar
Rp 2,7 triliun.

Obligasi jatuh tempo

Dengan iklim investasi properti yang baik tahun ini, BSDE berkomitmen melunasi obligasi yang jatuh tempo pada Oktober mendatang. Jumlahnya mencapai Rp 600 miliar. Perusahaan akan melunasi obligasi dengan kas internal.

Dengan membayar obligasi, manajemen menghitung, menghemat beban bunga sebesar 15% atau setara Rp 90 miliar per tahun.

Manajemen BSDE menjelaskan penghematan tersebut akan berdampak pada laba bersih perseroan tahun ini. "Pengaruhnya sudah masuk dalam target laba bersih tahun ini," kata Andreas.

Namun pengaruh penghematan pada tahun ini hanya akan berdampak selama dua bulan, mengingat pembayaran baru dilakukan pada bulan Oktober.

Target laba bersih konsolidasi untuk 2011 BSDE berkisar Rp 700 miliar-Rp 750 miliar. Target itu naik hampir dua kali lipat dibanding pencapaian akhir 2010 yang sebesar Rp 390 miliar.

Sekadar informasi, laba bersih BSDE konsolidasi sampai semester I-2011 mencapai Rp 453 miliar, naik 149% dibanding tahun lalu sebesar Rp 182,55 miliar.

Octavius Oky Prakarsa, analis Mandiri Sekuritas menilai, target marketing sales konsolidasi dua perusahaan properti itu akan tercapai. Menurut dia, perusahaan akan mengejar target yang belum terpenuhi pada kuartal IV- 2011. "Penjualan kuartal III-2011 akan sedikit melambat. Karena puasa dan lebaran tapi target mereka akan tercapai," kata dia.

Menurutnya perumahan DePark masih cukup menarik, mengingat pertumbuhan industri properti di Serpong cukup tinggi. Begitu juga dengan kawasan Grand Wisata.

Pembayaran obligasi, menurut Oktavius, sudah masuk dalam perhitungan para analis sebelumnya. Jadi, pelunasan utang tidak akan membawa imbas negatif terhadap pergerakan saham BSDE. Yang mungkin terjadi, pembayaran obligasi akan berdampak positif terhadap bottomline atau laba bersih perusahaan.

Saham BSDE juga dinilai menarik, karena dalam hitungan dia, price to earning ratio (PER) tahun ini dengan asumsi harga Rp 1.040 per saham, sebesar 24 kali. Sedangkan PER 2012 sebesar 16,8 kali, lebih rendah dibanding industri yang sebesar 20 kali.

Sumber : www.investasi.kontan.co.id/Penjualan-properti-Sinarmas-capai-Rp-2-triliun

Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya  :-)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar