JAKARTA: Penetrasi industri perbankan syariah di sektor properti masih sangat rendah jika dibandingkan dengan bisnis bank konvensional.
Tingginya tingkat imbal hasil bank syariah menjadi penyebab bagi konsumen untuk lebih memilih skema kredit bank konvensional.
Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Mulya E. Siregar mengatakan pangsa pembiayaan properti yang disalurkan oleh perbankan syariah baru mencapai 1,8% dari total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah.
"Pangsa kredit perbankan nasional di sektor properti sudah mecapai 13,3% dari total kredit perbankan, sehingga masih banyak peluang yang bisa ditangkap oleh perbankan syariah dalam pembiayaan sektor properti," ujarnya di sela-sela seminar Prospek Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Properti di Jakarta, hari ini.
Berdasarkan data Bank Indonesia per Agustus 2010, portofolio pembiayaan properti hanya sekitar Rp1,2 triliun dari total pembiayaan Rp61 triliun.
Mulya menyadari masih ada persepsi skema pembiayaan syariah lebih mahal dibandingkan dengan perbankan konvensional. Namun, menurutnya, mahalnya pembiayaan syariah bukan dari sisi biaya dana. Dia menjelaskan dalam skema imbal hasil murabahah, ada komponen risiko pembiayaan yang harus diperhitungkan.
Aspek risiko itu diambil dari imbal hasil tetap dalam skema pembiayaan sektor properti, berbeda dengan bunga kredit konvensional yang mengambang.
"Jadi selain overhead [biaya operasional] dan margin untuk keuntungan sendiri, serta operasional cost, ada juga biaya risiko. Itu harus di-cover seandainya dia kena pemberhentian [pembiayaan]. Kemudian untuk risiko gagal bayar," tuturnya.
Namun, menurut Mulya, pembiayaan properti sebenarnya lebih murah dibandingkan dengan bank konvensional karena tidak akan terjadi kenaikan dalam jangka waktu tertentu, bahkan dalam 5 tahun plafon pembiayaan.
"Dia [bank konvensional] langsung melakukan adjustment misal rate 11% pada tahun pertama, tahun kedua dan ketiga adjustment naik. Ada orang yang tak menghendaki seperti ini, karena cash flow terganggu. Kemudian memilih skema syariah," tuturnya.
Secure Consumer Finance Head Divisi Pembiayaan Konsumer Bank Syariah Mandiri Hendi Apriliyanto membenarkan skema pembiayaan syariah lebih murah dalam membeli rumah. Pasalnya bank konvensional menawarkan bunga murah pada tahun pertama karena mendapatkan subsidi dari pengembang. "Setelah itu [tahun pertama], bunga dinaikkan. Ini sama saja nanti membebani nasabah," katanya.
Mulya menambahkan pembiayaan properti masih berorientasi pada pembelian perumahan. Oleh sebab itu, lanjutnya, kedepan akan didorong untuk membiayai modal kerja atau investasi dari para pengembang.
Guna mendorong itu, Bank Indonesia kembali melakukan mediasi pameran properti Real Estat Ekspo 2010 pada 23-31 Oktober 2010, setelah pada awal tahun ini berhasil menggelar REI Ekspo dengan mempertemukan bank syariah dan pengembang. Sembilan bank akan ikut dalam pameran tersebut.
Pengen punya rumah sendiri? kini bukan hal yang susah. klik DISINI semua jadi mudah !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar