Selasa, 19 Oktober 2010

Saham Properti Makin Menggiurkan

Jakarta - Saham sektor properti diprediksikan menguat menjelang akhir tahun. Kebijakan pemerintah mengenai kepemilikan asing, suku bunga dan spekulasi pemindahan ibukota ke Jonggol, memberi sentimen positif untuk saham properti.

Hal itu disampaikan analis Lautandhana Securities Willy Sanjaya kepada INILAH.COM. Menurutnya, kebijakan pemerintah bahwa kepemilikan asing di properti akan lebih lama, memberikan sentimen positif untuk saham properti. “Saham properti pun diprediksikan akan lebih aktif,” kata Willy, Senin (18/10)
Seperti diketahui, masa kepemilikan asing di properti akan berlaku hingga 90 tahun. Peraturan tentang itu akan dikeluarkan pada Desember 2010.

Pemerintah berencana mengeluarkan revisi Peraturan Pemerintah (PP) No 41Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia. Asing pun bisa memiliki properti di Indonesia hanya untuk apartemen.

Willy memprediksikan, saham properti akan terus menguat menjelang akhir tahun. Suku bunga yang relatif stabil memberikan sentimen positif untuk saham properti.

Beberapa saham yang direkomendasikan adalah PT Bukit Sentul City (BKSL), saham PT Bakrieland Development (ELTY), saham PT Alam Sutera (ASRI) dan saham grup Ciputra. “Rekomendasi beli untuk saham-saham ini,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Analis Senior PT HD Capital Yuganur Widjanarko. Menurutnya, suku bunga acuan yang masih bertahan di level 6,5%, mendukung minat beli masyarakat dan pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Ia pun merekomendasikan saham properti yang belum mengalami kenaikan cukup signifikan. Seperti BKSL dan ELTY. Hal ini didukung spekulasi pemindahan ibukota Jakarta ke daerah Jonggol, Jawa Barat, yang sebenarnya sudah ada sejak 1980-an.

“Pelaku pasar akan melakukan penyesuaian untuk saham BKSL dan ELTY, sehingga ada kemungkinan kedua emiten ini akan naik,” tuturnya.

ELTY telah mengakuisisi 51% saham Bukit Jonggol senilai Rp1,9 triliun dan BKSL sebesar 20% senilai Rp150 miliar. Dana tersebut didapatkan dari hasil rights issue. Perseroan pun akan menyuntikkan dana untuk pengembangan infrastruktur Bukit Jonggol sebesar Rp450-500 miliar, dari anggaran Rp5 triliun untuk 10 tahun.
Analis Etrading Securities juga menilai, prospek properti di Indonesia masih memberi peluang kenaikan beberapa emiten di sektor ini. Pengaruh kondisi moneter, yakni inflasi dan suku bunga dinilai cukup berimbang. “Industri properti masih pada batas optimal dalam melakukan kegiatan bisnisnya,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia memaparkan, peluang untuk meningkatkan pendapatan bagi para pengusaha properti atau developer, masih sangat menjanjikan terutama dilihat dari sisi biaya yang masih bisa diserap pasar. “Namun, pasokan yang berlebihan harus tetap dijaga agar tidak masuk fase overheating,” tambahnya.


Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya  :-)
Pengen punya rumah sendiri? kini bukan hal yang susah. klik DISINI semua jadi mudah !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar