(Foto: Dok. Okezone)
Menurut pengamat dan praktisi properti, sebagian besar volume transaksi untuk properti residensial terjadi pada pasar sekunder (sekira 75 persen) sementara pasar primer (rumah baru) hanya sekira 25 persen. Dengan segmentasi perumahan kelas menengah yang paling cepat penjualannya.
Hal ini disebabkan oleh tingginya harga tanah yang kemudian mempengaruhi harga bangunan. Maka konsumen mulai beralih pada rumah-rumah seken, karena rumah primer (yang baru) sudah terlampau mahal.
Berdasarkan survei BI, wilayah kenaikan harga tanah tertinggi terjadi di wilayah Jakarta Utara sekira 4,28 persen terutama wilayah Kelapa Gading 7,44 persen dan Sunter 5,95 persen dengan harga jual rata-rata Rp8,72 per meter persegi (m2).
"Persepsi konsumen bahwa Jakarta Utara merupakan wilayah dengan hunian terbaik bagi kelas menengah dan atas mendorong peningkatan harga jual tanah di wilayah ini," sebut BI.
Menyoroti hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda saat dihubungi Okezone, di Jakarta, Kamis (30/8/2012), menyatakan hal senada. Menurutnya, pengembang dua tahun belakangan marak membangun properti kelas menengah ke atas, sementara kelas menengah ditinggalkan.
"Ini akibatnya kompleks, yang terjadi adalah overvalue. Banyak proyek yang akhirnya downgrade, karena mematok harga yang terlalu tinggi dan tidak bisa dijangkau. "Nah, sekarang yang terjadi kebalikannya, pengembang mulai kembali pada segmentasi kelas menengah dengan harga berkisar Rp300-800 jutaan," paparnya.
Sumber : www.property.okezone.com//pasar-jenuh-properti-kelas-menengah-paling-laku
Kunjungi juga rumahcom-asli.blogspot.com dan propertykita.com untuk lebih tau informasi rumah dan propert
Tidak ada komentar:
Posting Komentar